Rabu, 30 Juli 2014
Dusun Kucur
Terletak di Dau, dusun ini merupakan desa yg jarang diketahui orang. Meski begitu dusun ini sangat menyenangkan suasananya. Walau bukan desa wisata, terlihat sangat asri, hijau dan rindang.Berada di antara Gunung Kawi dan Gn Buthak, menjadikan hawanya terasa sejuk sekaliPenduduknya terlihat ramah, nuansa lebaran terasa sekali disini. Kekerabatan sepertinya menjadi adat, sehingga tercipta suasana tenang Dusun Kucur berdekatan dgn dusun Klampok, satu kali jalan.Jika ada waktu luang, cocok utk berjalan2 kemari sambil merasakan citarasa pedesaan yg kental.
Sabtu, 26 Juli 2014
dengan segala kerendahan hati
Saya Mohon Maaf Lahir Batin
"Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin"
“Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”.
Kamis, 24 Juli 2014
Kacang Rebus Pasar Kasin
Seorang nenek yg sudah renta namun tak patah semangat berjualan. Nenek ini berjualan tak jauh dari tempat saya dan istri biasa membeli sate. Sebuah pemandangan yg menarik rasa iba terdalam di hati, seolah saya melihat almarhum nenek saya sendiri.
Membawa keranjang bambu, beralas daun, ditemani lilin, nenek ini duduk dgn sabar di tepi jalan, menunggu orang membeli kacang rebusnya. Penerangan yg tak seberapa itu membuatnya nyaris tak terlihat orang. Lalu lalang kendaraan yg begitu ramai seolah tiada yg menyadarinya. Berangkat berjalan dari Ngaglik tiap sore , beliau seolah tiada putus harapan hingga menjelang malam. Padahal belum tentu sehari kacang rebusnya laku. Belum lagi lidah2 jaman sekarang tak terlalu akrab dgn jajanan rebus semacam ini.
Saya menyukai fakta bahwa nenek ini berjualan dgn integritas tinggi. Kacang yg dijualnya selalu dan selalu merupakan kacang pilihan , dari jenis yg terbaik dan direbus dgn baik pula. Belum pernah sekalipun saya membeli kemudian kecewa saat menikmatinya.
Sebelum jaman berakhir, dan yg semacam ini semakin punah, saya sudah memutuskan akan selalu menjadi pelanggan setianyaJika melewati pasar kasin - ir rais - mergan tanjung, anda bisa menemuinya namun janganlah tunjukkan secara nyata rasa kasihan anda. Belilah dgn hormat meski itu cuma sebungkus kacang , karena anda membeli kacang rebus dgn mutu terbaik, saya jamin itu. Dan tunjukkan hormat anda kepada penjualnya yg masih berdedikasi meski keriput dan uzur itu menyertainya.
Membawa keranjang bambu, beralas daun, ditemani lilin, nenek ini duduk dgn sabar di tepi jalan, menunggu orang membeli kacang rebusnya. Penerangan yg tak seberapa itu membuatnya nyaris tak terlihat orang. Lalu lalang kendaraan yg begitu ramai seolah tiada yg menyadarinya. Berangkat berjalan dari Ngaglik tiap sore , beliau seolah tiada putus harapan hingga menjelang malam. Padahal belum tentu sehari kacang rebusnya laku. Belum lagi lidah2 jaman sekarang tak terlalu akrab dgn jajanan rebus semacam ini.
Saya menyukai fakta bahwa nenek ini berjualan dgn integritas tinggi. Kacang yg dijualnya selalu dan selalu merupakan kacang pilihan , dari jenis yg terbaik dan direbus dgn baik pula. Belum pernah sekalipun saya membeli kemudian kecewa saat menikmatinya.
Sebelum jaman berakhir, dan yg semacam ini semakin punah, saya sudah memutuskan akan selalu menjadi pelanggan setianyaJika melewati pasar kasin - ir rais - mergan tanjung, anda bisa menemuinya namun janganlah tunjukkan secara nyata rasa kasihan anda. Belilah dgn hormat meski itu cuma sebungkus kacang , karena anda membeli kacang rebus dgn mutu terbaik, saya jamin itu. Dan tunjukkan hormat anda kepada penjualnya yg masih berdedikasi meski keriput dan uzur itu menyertainya.
Warkop Pak Doel 1982
Ingin merasakan kopi nikmat sembari bersantai di bawah pohon rindang, sambil bercengkrama menikmati hembusan angin sepoi2 ?datanglah ke jalan andalas , temukan warkop pak Doel.Mengklaim sejak 1982, warkop ini bernuansa kental ala rasta, dgn sajian utama kopi yg keras dan nikmat Bisa jadi umur warkop ini setua AREMATemukan warkop ini di jalan menuju lapangan sampo, atau dari SMA5, masuk lurus terus ke jalan samping markas AL
Rabu, 23 Juli 2014
Jalan Zainul Arifin
Sangat sulit mencari foto lama tentang kawasan ini. Hanya beberapa spot yg sepertinya masih terlihat asli
Bangunan diatas terlihat asli tempo dulu
Salah satu toko lawas, mulai tahun 80an bertahan sampai sekarang
Hotel murah, uk para traveler yg mencari penginapan murah, hotel diatas memberikan penawaran harga mulai 90rb
Jalan Zainul Arifin kota malang ini termasuk jalan dgn kepadatan tinggi
Jalan Sersan Harun
Gang selanjutnya setelah Jalan Wiro Margo, sekitar 200 meter ke selatan.
Banyak dihuni warga cina, dan masih ada bangunan jadul yg lestari
Jarang dilalui orang, kawasan ini terlihat nyaman di tengah keriuhan kota
Banyak dihuni warga cina, dan masih ada bangunan jadul yg lestari
Jarang dilalui orang, kawasan ini terlihat nyaman di tengah keriuhan kota
Kamis, 17 Juli 2014
Kampus Baru STPP Malang
STPP adalah Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian. Sekarang ini letaknya di Lawang, di Bedali.
Sebelum di Lawang, sekolah ini dulunya menempati areal lahan yg sekarang dipakai perumahan Ijen Nirwana. Dulu orang menyebutnya 'Lambau' ,dari bahasa belanda 'landbow' atau pertanian.
Nama STPP sebelumnya adalah SPMA. Di Lawang, STPP menempati lahan yg luas, dan penuh tanaman hijau layaknya lambau di jaman dulu.
Oke, sekarang kabar gembiranya, ternyata areal lahan yg selama ini dikira akan dibangun perumahan, terutama yg berbatasan dgn jalan IR Rais / Ikhwan Ridwan Rais Tanjung, ternyata dibangun kampus baru STPP Malang. Saya baru mengetahuinya sore ini tadi tanpa sengaja, saat berbelanja ke pasar mergan.
Saat melewati gerbangnya, tengok2 kok bagus ada gedung baru , maka saya segera masuk, dan inilah gedungnya
Sebelum menjadi perumahan, areal ini dulu layaknya hutan eksotik di tengah kota. Berjejer sawah , perkebunan, lapangan rumput hingga pohon2 raksasa menjadikan Lambau merupakan area bermain, klayapan, berpetualang,mancing, dolanan warga tanjung, mergan, bareng dan sekitarnya. Luasnya area ini dan penuhnya tanaman yg berkembangbiak, bersanding dgn banyaknya spesies fauna seperti ular.
Sungguh kembalinya STPP menempati area ini meski tidak terlalu luas, merupakan angin surga, kabar fantastis bagi saya pribadi.
Duhai STPP, kok baru skrg sih kembali ke rumah ?
Salah satu pohon berumur tua yg masih bertahan. Penataan kampus yg baru ini terlihat cukup rapi, segar dan sejuk. Ada jalur akses dari jalan Ijen Nirwana di samping gedungnya.
Nah ini jg merupakan angin surga
Ternyata sudah difungsikan kembali menjadi area praktek bertani oleh mahasiswanya , tinggal menunggu sawahnya dibuka kembali, dan sungai yg mengalir di tengah, hehe.
Sore ini tadi sudah tampak beberapa warga yg bernostalgia mengajak anaknya bermain2, dan sekedar berjalan2 di sekitaran STPP.
Saya juga melihat beberapa kerbau , apa mahasiswa STPP masih memakai kerbau utk membajak? kan sudah ada 'quick'.. hehehhe
Semoga kampus STPP 'reborn' ini akan kembali ramah kepada warga sekitar seperti dulu, hehe
yakin tempat ini akan kembali menjadi favorit, tempat penuh kenangan.. dan semoga kampusnya melahirkan tunas2 bangsa yg unggul , mengabdi utk negeri sepenuh hati.
Foto Lambau Jaman dulu berikut puisi beliau , dari blog pak Kartawiyana
Foto Lambau Jaman dulu berikut puisi beliau , dari blog pak Kartawiyana
" LAMBAU RUMAH JIWA KITA "
Lambau adalah salah satu paru-paru kota malang yang tinggal kenangan....
Kemanakah pohon jati itu.......
Kemanakah kebun karet itu.....
Kemanakah kebun coklat itu......
Kemanakah kebun kopi itu......
Dan.......
Habitat alam.... yang terjaga berbilang ratusan tahun....
sirna..... sirna...... sirna.......
Ingat.... wahai sang penguasa..... dari sini pula lahirnya..... pejuang bangsa....
Alumni sekolah pertanian yang ikut andil pula dalam mempertahankan ibu pertiwi......
Mereka gugur...... demi kemerdekaan negri ini..........
Ketika.....
Kemerdekaan itu telah tercapai.....
Alumni masih menyumbangkan darma baktinya bagi ibu pertiwi
Sektor pertanian tahap demi tahap telah bertumbuh kembang......
Tidakkah kau lihat manfaatnya.......
Kini jaman telah berganti..........
mengapa engkau merampasnya.......
tidakkah kau masih punya rasa malu....
atau.....kah...... memang tidak punya malu.....
Kemanakah pohon jati itu.......
Kemanakah kebun karet itu.....
Kemanakah kebun coklat itu......
Kemanakah kebun kopi itu......
Dan.......
Habitat alam.... yang terjaga berbilang ratusan tahun....
sirna..... sirna...... sirna.......
Ingat.... wahai sang penguasa..... dari sini pula lahirnya..... pejuang bangsa....
Alumni sekolah pertanian yang ikut andil pula dalam mempertahankan ibu pertiwi......
Mereka gugur...... demi kemerdekaan negri ini..........
Ketika.....
Kemerdekaan itu telah tercapai.....
Alumni masih menyumbangkan darma baktinya bagi ibu pertiwi
Sektor pertanian tahap demi tahap telah bertumbuh kembang......
Tidakkah kau lihat manfaatnya.......
Kini jaman telah berganti..........
mengapa engkau merampasnya.......
tidakkah kau masih punya rasa malu....
atau.....kah...... memang tidak punya malu.....
Rabu, 16 Juli 2014
Jalan Kyai Tamin
Orang mengenalnya sebagai 'Pecinan'. Di kawasan ini berjejer rumah maupun toko milik warga etnis Cina. Letaknya berada di belakang matahari , utk mencapainya sampai perempatan jagalan belok kiri.
Sayangnya tak banyak bangunan lama yg bertahan, banyak yg sudah mengalami pemugaran. Sangat sedikit yg tersisa, spt di bawah ini satu2nya yg mencolok
Bangunannya khas bangunan peninggalan belanda, terlihat kokoh dgn jendala dan pintu besar.
Pertokoan Pasar Besar
Pasar besar atau sebutan lainnya 'matahari'. Mengacu pada pusat perbelanjaan yg terletak di lantai atasnya
Disekeliling pasar besar berderet toko2 yg menjual berbagai keperluan.Tak cuma pertokoan, namun juga pedagang kaki lima, sebutan utk pedagang yg berjualan di luar pasar. Itu pula yg membuat kawasan sekitas pasar besar sering macet, ditambah faktor angkot yg ngetem/mangkal
Pasar besar Malang ini pernah mengalami kebakaran hebat di awal 2003. Meski tidak sampai merusak seluruh bangunan, namun kerugiannya ratusan juta. Segala keperluan gampang didapatkan di pasar dan pertokoan sekelilingnya. Letaknya yg strategis di tengah kota menjadikannya kunjungan banyak lapisan masyarakat. Pedagang di sini juga banyak sekali bersanding dgn ketidakteraturannya di sana sini, yg menjadikan beberapa sudut pasar ini tampak kumuh dan morat marit. Terutama pedagang yg non lapak.
Ada beberapa jalur masuk ke pasar besar, yaitu lewat jl pasar besar, jl kyai Tamin , jl sersan Harun. Foto di atas merupakan jalur belakang utk parkir kendaraan
Salah satu toko jadul yg tersisa masih kondisi aslinya di sekitar pasar besar dan masih difungsikan pemiliknya hingga kini. Saya berusaha mendokumentasikan jejak-jejak rumah dan toko peninggalan jaman dulu di kota Malang. Sisa2 dari Malang tempo dulu itu merupakan wajah yg semakin lama akan menghilang seiring polesan perkembangan jaman
Tampak depan pusat pertooan pasar besar Malang
Minggu, 13 Juli 2014
Jalan Wiro Margo - Embong Pecinan
Jl Wiro Margo ,atau jaman dulu dikenal sebagai 'Embong Petjinan Tjilik'. Terletak di dekat pasar besar ,atau selisih satu gang dari pecinan.Paling istimewa, banyak rumah tua yg masih asli, belum mengalami pemugaran. Lokasi ini banyak ditinggali warga cina dari dulu hingga sekarang,terutama yg berprofesi pedagang
Orang2 jaman dulu juga menyebutnya "Urek Urek"
Lokasi ini mudah dicari bagi siapa saja karena lokasinya yg dekat pasar besar.
Utamanya banyak yg berjualan bunga utk selamatan, kemanten atau lahiran bayi
Bangunan2 yg masih asli tempo dulu, atau tinggalan lama. Khas pertokoan jaman dulu
Kawasan ini sedikit lupa dari perhatian karena letaknya yg nylempit
Justru itu yg membuatnya terasa lenggang di tengah keriuhan pasar besar
Orang2 jaman dulu juga menyebutnya "Urek Urek"
Lokasi ini mudah dicari bagi siapa saja karena lokasinya yg dekat pasar besar.
Utamanya banyak yg berjualan bunga utk selamatan, kemanten atau lahiran bayi
Bangunan2 yg masih asli tempo dulu, atau tinggalan lama. Khas pertokoan jaman dulu
Kawasan ini sedikit lupa dari perhatian karena letaknya yg nylempit
Justru itu yg membuatnya terasa lenggang di tengah keriuhan pasar besar
Langganan:
Postingan (Atom)